Kamis, 27 April 2017

Jembatan Biru, Eksotisme tak Berujung di Desa Sumurup


Sang Model



Ada beberapa kota di Indonesia yang memiliki jembatan sebagai ikon kotanya. Misalnya di Surabaya ada Jembatan Merah, di Palembang ada Jembatan Ampera, di Painan Sumatera Barat ada Jembatan Akar. 

Nah ... di Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Sumurup,  ada Jembatan Biru yang beberapa tahun belakangan ini namanya mulai berkibar.

Jembatan yang  berada di atas Danau Rawa Pening ini dibangun pada tahun 2013.  Disebut Jembatan Biru karena memang jembatan ini berwarna biru. Sejatinya Jembatan Biru merupakan gabungan tiga dermaga yang masing-masing memiliki panjang 100m, 150m, dan 50m.  Ketiga dermaga ini dihubungkan oleh dua jembatan besi –yang juga berwarna biru- dengan arsitektur melengkung. Pada awalnya Jembatan Biru merupakan talud/tembok beton biasa yang berfungsi untuk mencegah menyebarnya enceng gondok ke Sungai Tuntang yang airnya mengalir ke PLTA Jelog. Karena fungsi awalnya sebagai talud itulah  kenapa jembatan ini berpangkal namun tak berujung. Kondisi ini menjadikan Jembatan Biru semakin unik karena keberadaannya yang menggantung. 

Dermaga kedua, dikejauhan terlihat jembatan penghubung menuju dermaga ketiga


Untuk masuk ke Jembatan Biru pengunjung tidak dikenai biaya  sama sekali, cukup membayar retribusi parkir sebesar Rp 2000 saja.

Dari atas Jembatan Biru pengunjung dimanja dengan pemandangan yang begitu mengagumkan. Hamparan Danau Rawa Pening, dengan landscape jajaran Gunung Merbabu, Telomoyo, Gajah dan Kendil, menjadikan spot ini bagaikan lukisan alam yang nyata. Karamba-karamba di sekitar danau dan para nelayan yang berperahu tradisional  menambah eksotisme Jembatan Biru. 

Karena cuaca mendung, landscape jajaran gunung Merbabu, Telomoyo, Gajah, dan Kendil tertutup awan




Karamba ikan


Nelayan tradisional di tengah "hutan" eceng gondok


Di sini pengunjung bisa berkeliling Rawa Pening menggunakan perahu wisata. Tarif perahu wisata bervariasi, tergantung jarak tempuhnya. Dengan tarif Rp 30.000 pengunjung dapat berkeliling hingga ke tengah danau. Sedangkan tarif Rp 75.000 mengunjung bisa bertualang hingga ke kawasan Kampung Rawa, yang terkenal dengan restoran apungnya. Tarif tertinggi sebesar Rp 150.000 menyajikan petualangan yang lebih seru karena pengunjung akan dibawa berkelana hingga ke Bukit Cinta -kampung halaman legenda Baru Klinthing- di Kecamatan Banyubiru.

Perahu wisata dengan latar belakang warung apung


Selain berperahu, pengunjung  bisa menikmati hidangan sederhana berupa mie rebus, snack tradisional dan aneka minuman hangat di warung-warung apung yang ada di sekitar Jembatan Biru. Salah satu warung apung tersebut juga menyediakan “studio alam” untuk spot selfie. Dengan membayar Rp 2000/orang pengunjung bisa berselfie di studio alam yang terbuat dari rakit bambu tersebut. Dilengkapi dengan properti berbentuk heart yang dihiasi pernak-pernik bunga-aneka warna, serta latar belakang danau yang indah, spot selfie ini menjadi favorit para remaja. Tak jarang mereka rela mengantri di atas rakit yang berderak-derik, untuk bisa mendapat giliran duduk berdua di bangku kayu dengan kekasih hati, dan kemudian mengabadikan moment romantis tersebut dengan bantuan tongsis. 

Ber-swafoto bareng mas bojo


Bagi pengunjung yang hobi memancing, Jembatan Biru merupakan tempat yang tepat untuk menyalurkan hobi. Tapi kamu harus membawa sendiri perlengkapan memancing dari rumah, karena di sana tidak ada persewaan alat pancing.

Terlepas dari pesona alamnya yang cukup potensial, wisata Jembatan Biru masih minus sarana umum seperti toilet dan tempat ibadah. Begitu juga kebersihan di area menuju lokasi yang belum terpelihara dengan baik. Semoga saja pihak desa terus berbenah diri untuk menjadikan Jembatan Biru lebih berkembang lagi mengingat potensinya yang cukup menjanjikan.

Nah ... buat kamu yang tertarik untuk berkunjung ke Jembatan Biru akses menuju ke sana  sangat mudah lho. Bagi para pengunjung dari arah Solo dan Salatiga,  persis setelah jembatan Kali Tuntang, di sisi kiri jalan  ada gerbang masuk ke Desa Sumurup. Masuk melalui gerbang tersebut, menyusuri jalan sekitar 300m, di kiri jalan akan terlihat Plang yang bertuliskan “Jembatan Biru Rawa Pening Sumurup”.

Gerbang Desa di sebelah jembatan Tuntang




Plang penunjuk jalan


Bila dari arah Yogya, di pertigaan Bawen ambil kanan arah Salatiga. Begitu juga yang dari Semarang, setelah keluar dari pintu Tol Bawen ambil kiri arah Salatiga. Gerbang Desa Sumurup berada di kanan jalan persis sebelum Jembatan Tuntang.

Oke ... selamat menyusun rencana untuk berkunjung ke Jembatan Biru ya.



Bang Dahlan membeli arang                                                                                  
Arang dibawa dengan perahu
Kalau jalan-jalan ke Semarang
Singgahlah ke Jembatan Biru                

2 komentar:

  1. Kok aku rung tahu rene juga yo Mbak Han.. betapa kurang pikniknya aku. BAgus ya pemandangannya

    BalasHapus
  2. Hehehehehe...ayo piknik rame-rame mbak...

    BalasHapus